Oleh: Madno Wanakuncoro
Roda
waktu seolah mengebut
Menggilas
semuanya tiada luput
Dengan
sombong ia kelang-kelok
Hingga
tak jarang yang tersodok
Kini
kurindukan silam
Saat
mata masih bersih suci tiada kusam
Belum
ternoda oleh dunia yang kian mencekam
Hingga
memaksaku buta dan beraut masam
Kala
itu, aku berangan kini
Saat
si bocah berkedip polos
Lantas
ia instruksikan nuraninya ikuti naluri
Mencubit
rerumputan dan menyepak bebatuan
Ia
terlantar oleh keadaan paksa
Demi
mengais rupiah
Dengan
peluh di usia bocah
Meski
harus menyisihkan setumpukan kelereng dan layang-layang
Meski
harus mengubah wangi keringat saat berlarian mengejar bola
Air
mukanya tetap membuncah
Mengucurkan
tetes demi tetes
Melubangi
relung dada
[Bandung, 24 Maret 2015]