Yogyakarta - Rangkaian
acara yang berlangsung dari tanggal 30 Oktober hingga 1 November 2015 ini tak
lupa meninggalkan rona tersendiri.dengan tidak melupakan bahwa rihlah atau
perjalanan kali ini merupakan perjalanan yang tidak hanya pada para kerabat. Namun
juga menziarahi orang-orang yang dikasihi-Nya termasuk makam para pejuang di
jalan-Nya.
Selain lawatan ke keluarga CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga dan UGM para anggota CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati pun menyempatkan diri untuk ziarah ke makam Mbah Munawwir (31/10), pengarang Kamus Arab yang fundamental sekaligus merupakan para keluarga yang turut menjaga al-Quran (baca; hafidz) yang sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW. serta pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang terletak di daerah Pemakaman Dongkelan Krapyak Yogyakarta.
Tidak berhenti di situ. Selain ziarah ke makam Mbah Munawwir, esok harinya (1/11) para rombongan bersiaga menuju situs sejarah terkenal di Yogyakarta, Candi Prambanan. Kami dikenalkan akan sejarah. Mengutip perkataan presiden pertama Republik Indonesia “Jas Merah”, yang merupakan singkatan dari “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Ya, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, menghargai pejuang dan turut serta membangun bangsa menuju yang lebih baik nantinya.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian acara, dari mulai silaturrahim antar CSSMoRA, ziarah makam, mengunjungi situs sejarah dan melepas penat di sepanjang jalan Malioboro dan Parangtritis rombongan pun akhirnya harus rela meninggalkan kota Yogyakarta dengan segala hal melankolisnya.
Selain lawatan ke keluarga CSSMoRA UIN Sunan Kalijaga dan UGM para anggota CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati pun menyempatkan diri untuk ziarah ke makam Mbah Munawwir (31/10), pengarang Kamus Arab yang fundamental sekaligus merupakan para keluarga yang turut menjaga al-Quran (baca; hafidz) yang sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW. serta pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta, yang terletak di daerah Pemakaman Dongkelan Krapyak Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian acara, dari mulai silaturrahim antar CSSMoRA, ziarah makam, mengunjungi situs sejarah dan melepas penat di sepanjang jalan Malioboro dan Parangtritis rombongan pun akhirnya harus rela meninggalkan kota Yogyakarta dengan segala hal melankolisnya.