Oleh: Joko Bikoasih
Anakmu kini sudah besar kakanda!
terlihat mungil sejak tadi sore
supaya besar kelak merangkak
kau gendong dia meski aku telah tiada
dan biarkan sabdaku berada dibawah telapak kakimu
Duhai diriku...
Apa kau lelah menjadi ayah?
bersimpuh lemah dihadapan sejarah nikah
merakit asa untuk anak istrimu
meski orangtuamu terkadang merasa cemburu
kau itu lelaki...
menapaki teriknya mentari tuk kaiz rizki
memimpin angin yang mengombang-ambing
meneduh peluh dua insan yang kau peluk
memberi cinta tanpa harus keluar air mata
saat hati terobek oleh tuntutan
kau bahkan hanya diam memandang
harapan keyakinan itu akan segera datang
bukan tangisan kecengengan
Ayah.....
aku tau kau lelah melangkah
tunjuklah aku bila hanya membuatmu malu
kan ku tiup mesra ubun-ubun itu
sebagai tanda pengabdianku untukmu!, Oh,Ayahku!!
[Bandung, 12 November 2015.(17.00 WIB)]
Anakmu kini sudah besar kakanda!
terlihat mungil sejak tadi sore
supaya besar kelak merangkak
kau gendong dia meski aku telah tiada
dan biarkan sabdaku berada dibawah telapak kakimu
Duhai diriku...
Apa kau lelah menjadi ayah?
bersimpuh lemah dihadapan sejarah nikah
merakit asa untuk anak istrimu
meski orangtuamu terkadang merasa cemburu
kau itu lelaki...
menapaki teriknya mentari tuk kaiz rizki
memimpin angin yang mengombang-ambing
meneduh peluh dua insan yang kau peluk
memberi cinta tanpa harus keluar air mata
saat hati terobek oleh tuntutan
kau bahkan hanya diam memandang
harapan keyakinan itu akan segera datang
bukan tangisan kecengengan
Ayah.....
aku tau kau lelah melangkah
tunjuklah aku bila hanya membuatmu malu
kan ku tiup mesra ubun-ubun itu
sebagai tanda pengabdianku untukmu!, Oh,Ayahku!!
[Bandung, 12 November 2015.(17.00 WIB)]