Aula fakultas ushuluddin lantai
4 (26/10) - Seluruh mahasiswa PBSB UIN Sunan Gunung Djati Bandung (angkatan
2014-2017) berkesempatan bertatap muka dengan Direktur PD Pontren Pusat
(Jakarta).
Bapak Hasan Mudis (ketua jurusan Tasawuf
Psikoterapi) sebagai pengatur jalannya
acara kunjungan Bapak Direktur tersebut. Acara dibuka oleh Bapak Hasan sekitar pukul 13.15 WIB.
Sarasehan bersama Bapak Prof. Dr. KH. Jayadi (Direktur PD Pontren)
membahas pengambilan
ijazah bagi angkatan pertama (2013), yang wacana awal harus diserahkan ke pusat
(Jakarta). Sebelum membahas lebih jauh,
terlebih dahulu cuap-cuap oleh Bapak Dekan, Bapak
Rosihon Anwar yang membuat keadaan sangat cair, karena menyinggung LC (Living Cost) yang
tidak mudah cair seperti canda tawa bapak dekan.

Bapak PD Pontren bersama kita sampai
kurang lebih jam 14.00 WIB. Bapak Jayadi merespon terkait keterlambatan LC yang
seharusnya sudah diterima. Hal ini terjadi karena pemblokiran dari pusat, dan insya Allah
minggu-minggu ini akan dibuka pemblokiran yang terjadi. “Alhamdulillah”, ucap seluruh mahasiswa yang hadir. Kementrian
agama (Ditpdpontren) selaku penyelanggara PBSB
di Indonesia telah mencanangkan kebutuhan mahasiswa PBSB selama dan pasca kuliah.
Sehingga, adanya pembinaan selama S1
adalah sebuah kebutuhan. Sekaligus pasca kuliah S1,
diharapkan melanjutkan ke S2. Sudah menjadi rencana dan realisasi awal terkait
beasiswa S2 ke Libanon (sekitar 35 mahasiswa) dan program LPDP di luar negeri.
Selain itu, membicarakan
mengenai ke-ulama-an yang sekarang harus tetap dipertahankan dan tugas dari
Santri. Dari jurusan TP diharapkan mampu atau ikut
kontribusi dalam menyelesaikan masalah yang ada di Indonesia. Negara yang
plural tapi harus bertahan dengan ke-religius-an di Indonesia. Santri
sudah biasa dengan pluralisme, Sehingga bisa mejawab tantangan yang dihadapi
bangsa. Komitmen santri yang harus dipegang, yaitu Kebangsaan, Keindonesiaan.
Keislaman, Kebudayaan.
Adanya aksi santri diharapkan menjadi salah satu perhatian
pemerintah. Sehingga, santri menempati
posisi terdepan dan tidak lagi dipandang sebelah mata. Sudah tiba waktunya,
santri menjadi pemimpin. Hal ini berangkat dari sebuah harapan terlebih dahulu,
lalu aksi untuk merealisasikan. Seperti pesan dari Bapak Dit. PD Pontren, “Harapan
berangkat dari mimpi, dan akan diwujudkan. Mimpi,
visi, motivasi, dan
berakhir pada aksi. Mengaktualisasikan hal diatas merupakan tugas dari
makasiswa PBSB itu sendiri.” “Negara
bertangung jawab untuk mewujudkan
tiga rekognisi, fasilitasi, dan regulasi.” Timpal Beliau (Bapak Jayadi).

Di akhir sesi adalah tanya
jawab, dari beberapa mahasiswa PBSB UIN Sunan Gunung Djati Bandung bertanya
tentang apa saja yang terkait dengan program beasiswa berprestasi itu sendiri.
Meliputi, S2 PBSB, pengabdian, dan pemerataan PBSB di pondok pesantren di
Indonesia baik negeri dan swasta.
Berakhirlah
pertemuan dengan Bapak Direktur, setelah tersampaikan apa yang menjadi keluh
kesah mahasiswa PBSB selama ini. Bapak Jayadi menyambut baik semua kritik dan
saran, karena program ini telah mendapat perhatian dan berharap bisa lebih baik
kedepannya. Karena termasuk program yang ditunggu-tunggu.
Sebelum meninggalkan aula, ditutup dengan mushofahah bersama. Sungguh terasa
nikmat Allah yang nyata.
Atssania
Zahroh(Angkatan 2016) , Anggota BSO Jurnalis ORASI CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati Bandung