Langsung ke konten utama

Masa Kaderisasi Mahasantri Baru Nusantara (MARHABAN) 2024 Ajang Membentuk Karakter Mahasantri Baru yang Militan


Ketua Umum CSSMoRA UIN SGD Bandung, Ibrahim Nusantara menyaimpaikan materi tentang ke-CSSMoRA-an pada acara Masa Kaderisasi Mahasantri Baru Nusantara (MARHABAN) yang diselenggaran oleh CSSMoRA UIN SGD Bandung di villa geo garden, Jum’at (20/9/2024). (Foto: Muhammad Fatih Maulana).

CSSMORAUINSGD.COM – CSSMoRA UIN SGD Bandung menyelenggarakan acara Masa Kaderisasi Mahasantri Baru Nusantara (MARHABAN) 2024 dengan tema “Berilmu, Berdaya, dan Berperadaban” yang dilaksanakan di villa geo garden selama tiga hari pada hari jumat – minggu (20, 21, 22/9/20224). Selain dihadiri oleh mahasiswa baru, acara ini juga melibatkan alumni, anggota, dan pengurus CSSMoRA, yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan integritas pada mahasantri baru.

Khalid Syukron Ibrahim, Ketua Pelaksana MARHABAN 2024, menyampaikan bahwa kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap tahun untuk mengkader mahasantri baru penerima PBSB. "Tahun ini, tema yang kita usung adalah ‘Berilmu, Berdaya, dan Berperadaban,’ yang bertujuan memberikan bekal penting kepada mahasantri baru. Dengan tema ini, kami ingin agar peserta dapat memahami perannya sebagai mahasiswa yang nantinya berkontribusi kepada masyarakat," ungkap Khalid pada minggu (22/9/2024).

Ketua anggkatan CSSMoRA 2024 sekaligus peserta, Rifki Nur Ilham, menjelaskan alasan mengikuti acara ini. "Selain karena ketentuan dari pihak PBSB, saya juga ingin menjadi bagian dari CSSMoRA. Acara ini penting sebagai ajang pengenalan, karena melalui MARHABAN, kami bisa mengenal lebih dekat teman-teman seangkatan, senior, dan alumni," ujar Rifki pada minggu (22/9/2024). Baginya, acara ini tidak hanya formalitas, tetapi juga kesempatan untuk memperkuat ikatan solidaritas di antara para mahasiswa baru.

Salah satu peserta, Asyifa Raudhatul Jannah menambahkan bahwa ia mendapatkan banyak hal berharga selama mengikuti kegiatan ini. “Alhamdulillah, selama tiga hari acara ini berlangsung, saya banyak belajar tentang kekeluargaan, keharmonisan, dan solidaritas. Hal ini tidak hanya terkait dengan angkatan kami saja, tetapi juga membangun hubungan yang baik dengan senior dan alumni," kata Asyifa pada minggu (22/9/2024). Ia merasa pengalaman ini sangat membantu dalam mempersiapkan dirinya menghadapi kehidupan perkuliahan.

Selain itu, Rifki juga mengungkapkan bahwa acara MARHABAN membantu peserta untuk mengenal potensi diri yang mungkin sebelumnya belum terasah. “Banyak sekali ilmu yang kami dapatkan, mulai dari materi seminar hingga pelatihan soft skill seperti berpikir kritis dan menyampaikan pendapat. Bahkan, kami diajarkan untuk lebih berani mengeksplorasi potensi-potensi yang mungkin selama ini tidak kami sadari,” tambahnya pada minggu (22/9/2024).

Para peserta juga mengapresiasi penyelenggaraan acara ini karena memberikan dampak positif dalam membangun relasi di antara para mahasiswa. Asyifa menilai bahwa MARHABAN menjadi wadah penting untuk saling mengenal satu sama lain, baik antar angkatan maupun dengan alumni. "Tanpa acara seperti ini, kami mungkin tidak akan bisa mengenal teman-teman dari angkatan lain dengan baik," jelasnya pada minggu (22/9/2024).

Khalid Syukron Ibrahim, sebagai Ketua Pelaksana, juga menekankan bahwa melalui acara ini, pihaknya ingin membentuk karakter mahasantri yang tangguh dan berintegritas. “Pesan yang ingin kami sampaikan kepada peserta adalah pentingnya memiliki militansi sebagai mahasiswa, khususnya dalam hal tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar,” ungkapnya pada mingguu (22/9/2024). Acara ini diharapkan mampu mencetak generasi yang kuat secara mental dan spiritual.

Menutup acara, Khalid menyampaikan harapan besarnya untuk kegiatan MARHABAN ke depannya. "Harapan kami, tahun-tahun berikutnya kegiatan ini bisa semakin baik dan lebih menanamkan nilai-nilai penting bagi para mahasantri. Kami berharap nilai-nilai yang diajarkan tidak hanya tertanam secara dangkal, tetapi bisa lebih dalam sehingga para peserta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Khalid pada minggu (22/9/2024).

Penulis: Yazid Rizki Agung 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk, Cari Tahu Perbedaan Psikoterapi Barat dan Psikoterapi Islam

Setelah kita mengetahui pengertian psikoterapi, tentunya dalam pemikiran kita muncul berbagai macam pertanyaan terkait pembahasan tersebut.  Nah, pada kali ini akan membahas mengenai perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam. Apa yang menjadi topik perbedaan antara keduanya? Sudut pandang psikoterapi dari mana yang efektif untuk digunakan? Mari kita cermati sama-sama  Psikoterapi ialah perawatan yang menggunakan alat, teori dan prinsip psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dan seorang ahli menciptakan hubungan yang profesional dengan pasien. Sedangkan psikoterapi Islam ialah teknik penyembuhan/penyelesaian masalah kejiwaan/mental dengan sentuhan spiritual yang menggunakan metode Islami seperti zikir, penerapan akhlak terpuji dan lainnya berdasar Al-Qur’an dan hadits.  Jika diteliti dari pengertian keduanya, tentu sudah terlihat berbeda bukan? Perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam: 1. Objek Utama Psikoterapi Dalam pandangan psikologi

Hukum Membaca Al-Qur’an Lewat Mushaf Ketika Shalat

Pernah suatu ketika di masa liburan saya di Jakarta, saya shalat berjama’ah di salah satu masjid yang ada di perumahan Jakarta, pada saat itu ada pemandangan asing yang belum pernah saya lihat seumur hidup saya, yaitu sang Imam membaca surah sambil melihat kepada mushaf Al-Qur’an, akhirnya timbul keinginan di hati saya untuk mengetahui apa " hukumnya membaca dari mushaf Al-Qur’an ketika shalat " . Menurut rangkuman yang saya tulis berdasarkan referensi dari kitab Fatawa Syabakah Al-Islamiyah , ada 5 dari sekian banyak fatwa yang saya ambil, berkaitan mengenai masalah tersebut antara lain : 1.      Tidak masalah bagi orang yang ingin mengkhatamkan Al-Qur’an untuk membacanya dalam keadaan shalat dan di selain shalat Pertanyaan:     “Saya mencoba untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, pertanyaanya apakah saya boleh untuk membaca Al-Qur’an dari mushaf di dalam keadaan shalat Qiyamul Lail? Pertanyaan kedua apakah boleh saya menghadiahkan pengkhataman Al-Qur’an ini untuk kedua orang tua sa

Kisah Nyata Satu Gereja Masuk Islam

  بسم الله الرحمن الرحيم 22 – Februari - 2006 Suatu hari ada seorang pemuda Arab yang berkuliah di Amerika, dia adalah seorang muslim yang taat, yang Allah beri nikmat berupa pengetahuan akan agama Islam yang mendalam, dia juga juru dakwah Islam di Amerika. Ia memiliki seorang kawan berkeyakinan Nasrani di sana, hubungan mereka sangatlah akrab, dengan harapan semoga Allah memberikannya hidayah agar masuk islam. Suatu hari mereka berjalan-jalan melintasi perkampungan Amerika, di dalam perkampungan itu terdapat gereja, teman Nasrani nya memintanya agar turut masuk ke dalam gereja, awalnya ia menolak, namun karena terus didesak oleh temannya ia pun ikut masuk dan duduk di salah satu bangku dengan hening. Sebagaimana kebiasaan umat Nasrani pada umumnya, ketika pendeta masuk kedalam gereja, mereka serentak berdiri untuk memberi penghormatan, kemudian kembali duduk. Saat sang pendeta berdiri melihat ke arah para hadirin dia agak terbelalak dan berkata : ”Di tengah-tengah kita ada seo