Langsung ke konten utama

Ngaji Sasrta: Menjadikan Jiwa Apa Adanya




Sabtu, 12 Oktober 2019, CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengadakan acara Ngaji Sastra bersama Ibu Fatin Hamama dan Buya Nursamad Kamba. Acara ini dimulai pada pukul 08.30 di gedung Aula Kopertais.
Acara ini dibuka dengan pemukulan gong oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag. Acara ini kemudian disusul dengan launchingnya lagu Mars CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Ngaji Sastra merupakan acara pertama dari rangkaian Harlah CSSMoRA UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ngaji sastra ini sangat disambut baik oleh para penikmat sastra. Dan ternyata sangat banyak yang berminat dalam sastra, hal ini dibuktikan dengan hadirnya lebih dari 200 peserta.
Tema Ngaji Sastra ini adalah Melembutkan Jiwa Melalui Sastra. Ibu Fatin menuturkan bahwa “Sastra itu tidak melembutkan, tapi tak juga mengeraskan tapi sastra itu membuat hati apa adanya.”  
Dalam acara ini, Ibu Fatin Hamama membagikan pengalamannya dari kecil saat mulai menyukai sastra (puisi). Dalam dialognya, Ibu Fatin memberikan pesan kepada seluruh peserta yang notabene mahasiswa jurusan Tasawuf Psikoterapi bahwa "Puisi yang paling indah adalah keluarga dan bahwa segala sesuatu itu harus dipersiapkan dari hal-hal yang kecil dan itu dimulai dari diri sendiri. 
Ibu Fatin juga memberikan nasihat kepada kita semua yaitu lakukanlah apa yang kalian inginkan. Carilah sesuatu yang pas untuk diri kalian. Dan menjadi sastrawan  tak harus yang mempunyai jabatan namun, setiap orang bisa menjadi sastrawan karena masing-masing pribadi mempunyai pengalaman-pengalaman yang dapat dituliskan.  
Ngaji Sastra ini mendapat respon positif dari Ibu Fatin Hamama selaku sastrawan internasional dan beliau berharap agar setiap orang dapat belajar dari pengalaman.

BSO Orasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk, Cari Tahu Perbedaan Psikoterapi Barat dan Psikoterapi Islam

Setelah kita mengetahui pengertian psikoterapi, tentunya dalam pemikiran kita muncul berbagai macam pertanyaan terkait pembahasan tersebut.  Nah, pada kali ini akan membahas mengenai perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam. Apa yang menjadi topik perbedaan antara keduanya? Sudut pandang psikoterapi dari mana yang efektif untuk digunakan? Mari kita cermati sama-sama  Psikoterapi ialah perawatan yang menggunakan alat, teori dan prinsip psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dan seorang ahli menciptakan hubungan yang profesional dengan pasien. Sedangkan psikoterapi Islam ialah teknik penyembuhan/penyelesaian masalah kejiwaan/mental dengan sentuhan spiritual yang menggunakan metode Islami seperti zikir, penerapan akhlak terpuji dan lainnya berdasar Al-Qur’an dan hadits.  Jika diteliti dari pengertian keduanya, tentu sudah terlihat berbeda bukan? Perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam: 1. Objek Utama Psikoterapi Dalam pandangan psikologi

Download LIRIK dan MARS CSSMoRA

D Jreng, jreng.. G Genggam tangan satukan tekad Am C G Tuk meraih mimpi Am C G Saatnya santri gapai prestasi Am G Untuk negeri ini Reff : G Satu padu kita bersama Am C G Tuk menggapai cita Am C G Langkahkan kaki tetapkan hati Am G Demi bumi pertiwi C Bangkitlah kawan Wujudkan impian G Perjuanganmu kan slalu dikenang C Bangkitlah kawan tuk kita buktikan G Pesantren kita selalu di depan Am G Bersama CSS MoRA Download Mars CSSMoRA

Always Beside You

Hujan. Selalu hujan. Beginilah keadaan kota Yogya. Sudah 1 bulan terakhir hujan terus menyapa kota ini. Hujan yang turun begitu deras membuat aktivitas orang-orang menjadi terganggu. Namun, Tuhan itu maha adil. Ia tak pernah lupa memberikan anugerah dibaliknya. Tuhan selalu menyajikan keindahan bagi setiap umatnya. Salah satu keindahan itu adalah pelangi. Pelangi sering sekali muncul dipenghujung hujan sore hari. Warna-warnanya memberikan ketenangan bagi sebagian orang yang memang mengaguminya. Begitupun dengan gadis manis yang tengah duduk bersama sahabatnya di bawah naungan atap jerami. Pondok kecil yang sengaja dibangun di bawah pohon besar oleh kedua ayah mereka. Tempat itu mereka jadikan sebagai tempat tinggal mereka yang kedua. Di pondok itulah mereka sering habiskan waktu luang mereka bersama. Abimanyu Dirgantara dan Nora Prasvara. Mereka adalah dua orang yang begitu dekat. Keduanya bersahabat sejak belia, persahabatan itu masih kokoh terjalin. Dan tahun ini merupakan tahu