Oleh: Camar Sengkala* Entah sudah perayaan yang keberapa ini? Tatapanku masih tetap sama Kosong tanpa bayangan Atau tak lagi bisa menghitung anganku Walau saat bayi, Sanak family merayakannya, Bahkan di istana negara berbaris, Lalu meriam mencuat, Sedang aba-aba tentara membisu Hingga air mata jatuh tersapu debu Entah kemerdekaan yang keberapa! Aku masih menunggu anganku Berharap ingatan itu kembali Sebab aku tuli, Lantas aku buta jua Aku hanya mengenal luluh Ketika rudal merenggut semuanya Sedetik kala aku lahir Meski aku tak bisu, Bagaimana aku bisa berkata? "Merdeka" Sedang firasatku bersabda "ah, belum juga" Dan bila lusa nanti, Telingaku telah mendengar tak ada kemiskinan, Mendengar kemakmuran Juga mata ini melihat keadilan Aku akan berteriak sekencang-kencangnya.... "MERDEKA" Cibiru Hilir, 14 Agustus 2016 *Mahasiswa semester 7 jurusan Tasawuf Psikoterapi, fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung,