Agama Islam telah tersebar di berbagai belahan dunia. Begitupun dengan tasawuf. Saat ini, tasawuf yang sudah kita kenal merupakan hasil dari para sufi yang telah menyebarkan ajarannya. Berawal dari gerakan zuhud, kemudian berkembang menjadi tradisi sufisme dalam Islam. Tetapi, sudahkah kita benar-benar memahami tasawuf?
Mari kita simak penjelasannya.
Dalam buku Pengantar Ilmu Tasawuf karya Dr. Eep Sopwana Nurdin., M. Ud dijelaskan, bahwa tasawuf pada awalnya sulit didefinisikan, karena esensi dari tasawuf sendiri ialah pengalaman rohaniyah yang hanya dapat dirasakan oleh diri sendiri yang mengalaminya dan hampir tidak mungkin untuk dijelaskan secara gamblang lewat lisan. Karena dengannya, pengalaman rohaniyah dan cara pengungkapan tersebut tentunya mempunyai rasa yang berbeda bagi setiap orang.
Seiring berjalannya waktu, maka muncullah definisi tasawuf yang diinformasikan oleh para sufi. Tasawuf hadir dalam masyarakat dengan ciri yang intuitif dan subjektif. Adapun menurut para ahli, tasawuf sepakat untuk disebutkan sebagai moralitas Islam. Mengapa? Karena, dalam ajaran tasawuf sendiri seluruh aspeknya adalah prinsip moral.
Beberapa pengertian tasawuf dilihat dari segi bahasanya, ialah:
Shuf, yang artinya wol kasar. Sebab, orang sufi pada saat itu memakai pakaian tersebut sebagai lambang dari kesederhanaan dan upaya menghadapi kemewahan dari birokrat penguasa.
Shafa, yang artinya bersih. Sebab, orang sufi disebutkan sebagai orang yang bersih dan suci hatinya. Karena memang tujuannya untuk membersihkan jiwa.
Ahl As-Shuffah, yang berarti orang-orang yang tinggal di samping mesjid Nabi, yakni mesjid di Madinah. Orang-orang ini merupakan orang yang ikut hijrah ke Madinah dan harta bendanya habis, menjadi miskin tetapi tetap berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Sopshos, berasal dari bahasa Yunani yang berarti hikmah. Antara sufi dan hikmah tentu ada hubungannya karena dalam pembahasannya, orang sufi mempersoalkan penyucian diri agar dapat dekat dengan Tuhan-Nya. Maka dari itu, hanya orang-orang sucilah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Shaf, ialah kata yang berarti ditujukan kepada orang-orang yang selalu berada di barisan terdepan dalam setiap shalatnya. Sebab, orang yang berada di shaf terdepan mendapatkan kemuliaan dari Allah Swt., begitu juga dengan kaum sufi.
Shifat, karena para sufi selalu memelihara sifat terpuji dan menjauhi sifat tercela.
Shaufana’h, yang artinya semacam buah-buahan yang berbulu, terdapat di padang pasir tanah Arab. Kata ini diambil karena memiliki kesamaan dengan para sufi saat itu yang memakai pakaian yang berbulu untuk melambangkan kesederhanaannya.
Pengertian lain menurut Imam Al-Junaidi (w. 296 H), tasawuf ialah tindakan penyucian hati agar tidak ditimpa dengan kelemahan, menjauhi sifat akhlak alamiah, meniadakan sifat kemanusiaan, dan menjauhi apa yang menjadi keinginan dari nafsu.
Sedangkan menurut pendapat Sahl bin Abdullah, tasawuf merupakan perilaku yang menyedikitkan makan, bersungguh-sungguh dalam beribadah dan takwa kepada-Nya serta lari dari manusia.
Telah kita ketahui dari beberapa pengertian dalam buku tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa, inti dari adanya tasawuf ialah pembersihan diri/jiwa dan penyucian hati. Tetapi menurut ulama seperti Ibnu Qayim Al-Jauziyah dan Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa Tasawuf itu tidak lebih dari sebuah etika Islam, makanya para ahli menyebutkan sebagai moralitas Islam. Seperti yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw., “Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak”.
Tasawuf juga tidak hanya dalam cakupan tersebut, akan tetapi lebih dari itu. Tasawuf menumbuhkan makna dan nilai. Tasawuf menjadikan manusia dan tindakannya lebih luas dan kaya. Dan yang terpenting, tasawuf dapat membuat manusia merasakan nikmatnya ibadah dan indahnya hidup.
(Sumber: Buku Pengantar Ilmu Tasawuf karya Dr. Eep Sopwana Nurdin., M. Ud
ds_mulyani