Bandung-Sebagai bentuk kepedulian meningkatkan keilmuan santri, departemen PSDM CSS MoRA UIN Sunan Gunung
Djati Bandung mengadakan progam Minat dan Bakat yang berbentuk pelatihan jurnalistik yang diikuti oleh
santri-santri, di masjid al-mukhtar, pondok pesantren Al-Wafa, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/02) siang.
Dalam pelatihan tersebut, Muhammad Zidni Nafi’ sebagai pemateri memberikan materi tentang macam-macam tulisan dan pengenalan tentang jurnalistik. Selain itu, dia juga menjelaskan soal perbedadaan antara jurnalistik, pres, dan media massa. Dia juga memberikan wejangan kepada para peserta perihal manfaat dan peranan santri di media massa agar tidak menjadi santri yang stagnan.
Asrizal A. Upe, salah satu peserta pelatihan jurnalistk mengatakan kendala yang dia hadapi sebagai seorang pemula adalah rasa malas yang selalu membelenggu setiap saat. “Adanya rasa malas dalam menulis serta karena rasa malas itulah bersingkronisasi terhadap lingkungan, yang saya dapatkan sekarang ini untuk menjadi seorang wartawan yang profesional memerlukan beberapa tahapan atau waktu. Insyallah saya akan melahirkan karya-karya lewat tulisan,” ungkap anggota CSS MoRA UIN Sunan Gunung Djati itu.

Tentang manfaat awal jurnalistik, dia mengungkapkan pada awal pengenalan pelatihan, para peserta dapat mengetahui tentang seluk beluk dunia jurnalistik serta perkambangannya hingga kini. Selain itu, meraka yang sudah memiliki modal atau dasar keilmuan merasa lebih bersemangat untuk melakukan pelalatihan.
Di samping itu, partisipasi peserta terhadap pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh departemen PSDM CSS MoRA sangatlah tinggi. “Kami bukan hanya menjadi pendengar, hampir seluru peserta pelatihan melontaran pertanyaan-pertanyaan kepada pembimbing jurnalistik,” sambungnya terkait nilai kejurnalistikan yang menambah nilai-nilai kekeluargaan di antara santri Al-Wafa’.
Dia berharap agar nantinya bisa memberikan pengetahuan yang bermanfaat dilingkungannya. “Harapan saya untuk kegiatan ini supaya kedepannya kami bisa menjadi inspirasi yang positif di lingkungan sekitar, terutapa di lingkungan pondok pesantren,” pungkas santri asal Bone itu. (Wasik/Zidni/ RizQy)
Dalam pelatihan tersebut, Muhammad Zidni Nafi’ sebagai pemateri memberikan materi tentang macam-macam tulisan dan pengenalan tentang jurnalistik. Selain itu, dia juga menjelaskan soal perbedadaan antara jurnalistik, pres, dan media massa. Dia juga memberikan wejangan kepada para peserta perihal manfaat dan peranan santri di media massa agar tidak menjadi santri yang stagnan.
Asrizal A. Upe, salah satu peserta pelatihan jurnalistk mengatakan kendala yang dia hadapi sebagai seorang pemula adalah rasa malas yang selalu membelenggu setiap saat. “Adanya rasa malas dalam menulis serta karena rasa malas itulah bersingkronisasi terhadap lingkungan, yang saya dapatkan sekarang ini untuk menjadi seorang wartawan yang profesional memerlukan beberapa tahapan atau waktu. Insyallah saya akan melahirkan karya-karya lewat tulisan,” ungkap anggota CSS MoRA UIN Sunan Gunung Djati itu.

Tentang manfaat awal jurnalistik, dia mengungkapkan pada awal pengenalan pelatihan, para peserta dapat mengetahui tentang seluk beluk dunia jurnalistik serta perkambangannya hingga kini. Selain itu, meraka yang sudah memiliki modal atau dasar keilmuan merasa lebih bersemangat untuk melakukan pelalatihan.
Di samping itu, partisipasi peserta terhadap pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh departemen PSDM CSS MoRA sangatlah tinggi. “Kami bukan hanya menjadi pendengar, hampir seluru peserta pelatihan melontaran pertanyaan-pertanyaan kepada pembimbing jurnalistik,” sambungnya terkait nilai kejurnalistikan yang menambah nilai-nilai kekeluargaan di antara santri Al-Wafa’.
Dia berharap agar nantinya bisa memberikan pengetahuan yang bermanfaat dilingkungannya. “Harapan saya untuk kegiatan ini supaya kedepannya kami bisa menjadi inspirasi yang positif di lingkungan sekitar, terutapa di lingkungan pondok pesantren,” pungkas santri asal Bone itu. (Wasik/Zidni/ RizQy)
Komentar