Oleh: Nur
Asriyanti Jabir
Dewasa ini, Tidak
sedikkit lho orang-orang yang memiliki problem pada cara Berinteraksi dan
Bertoleransi pada komunitas baru, khususnya mereka para perantau yang bertemu
di satu tempat atau lingkungan yang sama dengan Karakter masing-masing yang
pastinya berebeda-beda. Bebrapa diantara mereka
beralasan karena adanay rasa
canggung dan takut salah, bahkan tak sedikit pula yang malas bergaul dengan
orang-orang yang baru ia jumpai.
Padahal manusia masuk pada taraf Zoon politicon sosial.yang tentu memrlukan Bantuan oleh
orang-orang sekitar sekecil dan sesederhana apapun itu. Sangat mustahil
seseorang melakukan sesuatu dengan sendirinya, sebab pada hakkikatnya Manusia
diciptakan untu saling Tolong menolong.
Berbeda
Nah yang mesti kita ketahui saat ini, yaitu bagaimana meminimalisir
adanya rasa Kesenjangan Sosial pada masyarakat kita dewasa ini, yang dimana,
akibat adanya Jurang pemisah dalam kegiatan bermasyarakat kita, sehingga cukup
sulit untuk membuat Perubahan dan perbaikan dalam hal-hal yang bersifat Umum
kedepannya baik itu bagi Bangsa, umat, dan Agama kita, juga yang bisa membawa manfaat
untuk satu sama lain???
Banyak faktor-faktor pendukung munculnya salah satu problem ini,
kita bisa lihat pada sistem atau proses
Pembelajaran dan pendidikan saat ini, baik itu dalam lingkungan Keluarga,
maupun lingkungan Sekolah yang kita sebut sebagai salah satu media Formal dalam
pembentukan karakter anak, yang menurut saya belum bisa terseimbangkan antara mana bagian untuk mengajar dan mana
bagian untuk Mendidik. Kemudian, dari faktor Lingkungan, bisa jadi karena
kurangnya Kepekaan dan kepedulian juga tingginya kadar keegoisan satu sama
lain. yang tanpa kita sedari dengan seiring bergantinya waktu kewaktu, hal
tersebut menjadi bagian yang melekat pada diri kita. Atau sebagai karakter yang
pada dasarnya bisa diubah namun tak semudah dengan membalikkan kedua telapak
tangan sekalipun.
Bereksistensi tanpa bertoleransi
Selama ini kita paham bahwa Perbedaan itu adalah rahmat, dan kita
mengetahui bahwa para pelajar kita ditanah air ini hampi 50 persen atau
sebagian dari kita ada sebagai seorang perantau. Nah ini yang perlu kita perhatikan, bahwasanya
tidak jarang dan tidak sedikit diantara
mereka yang memiliki kendala dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
Lagi-lagi untuk keluar dari permasalahan atau kendala yang satu
ini, kita perlu belajar bertoleransi, pastinya membuntuhkan Mental yang cukup
besar dan kuat. karena hal ini bisa menyangkut pada perasaan masing-masing
individu dalam sanggup atau tidaknya
menerima segala konsekuensi yang mungkin terjadi. Dan perlu kita tahu
bahwa Bereksistensi tanpa bertoleransi itu sulit bahkan Mustahil, bagaimana
mungkin kita eksisitanpa adanya orang-orang yang mendukung,mensupport juga
menerima keberadaan kita dalam komunitas,??? Baiak dalam kuantitas sedikit
maupun banyak???.
Hal ini dapat terpecahkan oleh adanya dan munculnya kesadaran diri
pada Pribadi atau Individu masing-masing , dengan menimbulkan jiwa sosial, hal
ini sangat perlu dan penting dimiliki oleh sesorang apabila hendak berkehidupan
yang rukun, aman dan Damai. Karena dengan jiwa sosial ini kita dapat mengontrol
cara atau pola kerja kita pada lingkungan sekitar, sehingga apabila tarjadi
kesalahan-kesalahan dalam tingkahlaku
sesorang dalam sebuah komunitas, hanya kita anggap sebagi fitrah manusia
yang tak bisa lupuk dari kesalahan, jadi kita dapat memahami bagaimana cara
untuk bersosial pada lingkungan sekitar. Dengan jiwa sosial terutama pada
kepekaan dan kesadaran diri yang kita miliki terhadap lingkungan kita,
setidaknya kita mampu menjalin komunikasi yang baik terhadap masyarakat
sekitar.
Penulis adalah santri alumni Pondok pesantren Sultan Hasanuddin, kabupaten Gowa, asal desa Nambowa,
kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. PBSB angkatan 2015 Jurusan Tasawuf
Psikoterapu UIN SGD Bandung.
Komentar