Langsung ke konten utama

Ngaji Al-Hikam, Dekan Ushuluddin Terangkan Ikhlas Karena Allah

Bandung-Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof. DR. H. Rosihon  Anwar menerangkan keikhlasan manusia bukan didasarkan pada suatu imbalan apapun dari Allah. “Orang yang ikhlas beribadah kepada Allah bukan karena embel-embel,” tutrnya saat mengisi pengajian kitab Al-Hikam di ruang pembelajaran Fakultas Ushuluddin kampus setempat.

Prof. Rosihon nama akrabnya menyontohkan, keikhlasan seperti sosok Julian Asyhari seorang dosen yang menjadi maestro permusikan di fakultas Ushuluddin. ”Seperti bapak Julian merupakan sosok yang ikhlas, yang dua kali seminggu ikhlas melatih UVO. Delalahe (namun sayang) orang  yang baik meninggalnya baik cepat , ” terangnya, Senin (20/4) sore.


 
Lebih lanjut, dia menjelaskan manusia tidak tahu takdir dirinya yang sebenarnya, maka dari itu harus senantiasa berusaha untuk tetap konsisten dalam kebaikan. ”Kita tidak tahu tentang kita di Lauh al-Mahfudz, maka manusia harus berusaha,” tambah dia.

Dekan Ushuluddin itu juga mengutip dari Ibnu Atho’illah, “Sesuatu yang tersimpan di dalam hati (sirr), maka akan tampak dalam fenomena sehari-hari”.

Selain itu, Prof. Rosihon menjelaskan bahwa di dalam sirr terdapat Rahmah (kasih sayang atau cinta) yang tidak dapat tertutup dengan selain Allah. “Di dalam sirr terdapat kasih sayang, seperti kasih sayang terhadap bayi di kala apapun tingkah bayi tersebut,” tuturnya.

Sehingga dia menganjurkan kepada mahasiswi-mahasiswi yang hadir pada pengajian tersebut untuk mencari pasangan hidup yang memiliki rahmah dalam hatinya. “Carilah suami yang memiliki rahmah,anjurnya. (Muhammad Nasruddin/Zidni)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk, Cari Tahu Perbedaan Psikoterapi Barat dan Psikoterapi Islam

Setelah kita mengetahui pengertian psikoterapi, tentunya dalam pemikiran kita muncul berbagai macam pertanyaan terkait pembahasan tersebut.  Nah, pada kali ini akan membahas mengenai perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam. Apa yang menjadi topik perbedaan antara keduanya? Sudut pandang psikoterapi dari mana yang efektif untuk digunakan? Mari kita cermati sama-sama  Psikoterapi ialah perawatan yang menggunakan alat, teori dan prinsip psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dan seorang ahli menciptakan hubungan yang profesional dengan pasien. Sedangkan psikoterapi Islam ialah teknik penyembuhan/penyelesaian masalah kejiwaan/mental dengan sentuhan spiritual yang menggunakan metode Islami seperti zikir, penerapan akhlak terpuji dan lainnya berdasar Al-Qur’an dan hadits.  Jika diteliti dari pengertian keduanya, tentu sudah terlihat berbeda bukan? Perbedaan psikoterapi Barat dan psikoterapi Islam: 1. Objek Utama Psikoterapi Dalam pandangan psikologi

Hukum Membaca Al-Qur’an Lewat Mushaf Ketika Shalat

Pernah suatu ketika di masa liburan saya di Jakarta, saya shalat berjama’ah di salah satu masjid yang ada di perumahan Jakarta, pada saat itu ada pemandangan asing yang belum pernah saya lihat seumur hidup saya, yaitu sang Imam membaca surah sambil melihat kepada mushaf Al-Qur’an, akhirnya timbul keinginan di hati saya untuk mengetahui apa " hukumnya membaca dari mushaf Al-Qur’an ketika shalat " . Menurut rangkuman yang saya tulis berdasarkan referensi dari kitab Fatawa Syabakah Al-Islamiyah , ada 5 dari sekian banyak fatwa yang saya ambil, berkaitan mengenai masalah tersebut antara lain : 1.      Tidak masalah bagi orang yang ingin mengkhatamkan Al-Qur’an untuk membacanya dalam keadaan shalat dan di selain shalat Pertanyaan:     “Saya mencoba untuk mengkhatamkan Al-Qur’an, pertanyaanya apakah saya boleh untuk membaca Al-Qur’an dari mushaf di dalam keadaan shalat Qiyamul Lail? Pertanyaan kedua apakah boleh saya menghadiahkan pengkhataman Al-Qur’an ini untuk kedua orang tua sa

Kisah Nyata Satu Gereja Masuk Islam

  بسم الله الرحمن الرحيم 22 – Februari - 2006 Suatu hari ada seorang pemuda Arab yang berkuliah di Amerika, dia adalah seorang muslim yang taat, yang Allah beri nikmat berupa pengetahuan akan agama Islam yang mendalam, dia juga juru dakwah Islam di Amerika. Ia memiliki seorang kawan berkeyakinan Nasrani di sana, hubungan mereka sangatlah akrab, dengan harapan semoga Allah memberikannya hidayah agar masuk islam. Suatu hari mereka berjalan-jalan melintasi perkampungan Amerika, di dalam perkampungan itu terdapat gereja, teman Nasrani nya memintanya agar turut masuk ke dalam gereja, awalnya ia menolak, namun karena terus didesak oleh temannya ia pun ikut masuk dan duduk di salah satu bangku dengan hening. Sebagaimana kebiasaan umat Nasrani pada umumnya, ketika pendeta masuk kedalam gereja, mereka serentak berdiri untuk memberi penghormatan, kemudian kembali duduk. Saat sang pendeta berdiri melihat ke arah para hadirin dia agak terbelalak dan berkata : ”Di tengah-tengah kita ada seo