Sang Pelita
Bangsa kami menyebutmu Matahari
Bangsa Arab menyebutmu As-Syamsi
Bangsa India mengenalmu Sang Surya
Bangsa Mesir mengenalmu Amon Ra
Sang Pelita
Engkau bergerak dalam tetap
Planet-planet bergerak dalam
menghadap
Besar kecil bersama menari-nari
Langkah teratur dan tak teratur
tetap saja mengelilingi
Sang Pelita
Cahayamu menyentuh bumi, menyentuh
Indonesia, Arab, India, Jepang, China, Eropa, Amerika, Australia, Afrika
Cahayamu menyentuh Masjid, Klenteng,
Kuil, Candi, Vihara, Greja
Cahayamu menyentuh Melayu, Arab,
Negro, Mongoloid, Arya, Dravida
Sang Pelita
Cahaya terangmu menerangi Nusantara, namun Amerika tetap gelap gulita
Cahaya terangmu menerangi yang kau beri cahaya, dan kau biarkan gelap
gulita pada sebagianya
Hingga cahaya terangmu-pun akan menyentuh mereka juga
Yang kau beri cahaya tak-kan ada yang bisa menggelapkan
Yang kao biarkan gelap tak-kan ada yang bisa menerangkan
Itulah perputaran Bumi, yang kau
atur dengan grafitasi
Jika tak ada gravitasi, Bumi akan berhenti, entah apa yang terjadi
Sang Pelita
Sinar pancaranmu terang tiada henti
Hingga bumi membuat tameng pada diri sendiri karena malu akan hal yang
terjadi
Pengeringan sumber air, pembabatan hutan, polusi udara
Eksploitasi sumber daya
Akibat kami menanggung semuanya
Cahaya panas, cahaya kasih sayang yang kau berikan pada kehidupan
Kami anggap kemarahan, merenggut
kehidupan, kebakaran, banjir bandang, tsunami, longsor, badai
Kami anggap cobaan dan peringatan untuk disadari sendiri
Sang Pelita
Padahal engkau hanya memberi cahaya kasih sayang, cahaya cinta bagi semua,
tapi kami berburuk sangka
Sang Pelita
Mengeringkan baju permata yang siap dipakai para raja
mengeringkan tapian yang siap dipakai rakyat jelata
mengeringkan jubah dan sorban yang siap dipakai ulama
sang Pelita
menampakkan sarung dan peci bagi Santri
menampakkan keris dan Azimat bagi Abangan Sejati
menampakkan wayang dan gamelan bagi
Priyayi
sang Pelita tetaplah Sang Pelita
sejati Abadi
Yudi Prayoga
Sabtu, 14 Maret 2015, aula Al-Wafa
Komentar