بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
ESSAY
PERAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI DI MASA PANDEMI COVID-19
Fahmialaudin441@gmail.com
PENDAHULUAN
Publik dunia
belakangan ini sibuk menyimak pemberitaan tentang mewabahnya virus corona.
Wabah ini kali pertama diumumkan pada tanggal 31 Desember 2019, bermula dari
kota Wuhan, Tiongkok dan dalam hitungan hari telah menyebar hingga ke 16
negara. Hingga kini WHO melaporkan telah lebih dari 107 orang meninggal dunia
dan 4.474 orang terinfeksi. Tak heran jika virus corona ini menjadi ancaman
serius bagi dunia.
Virus corona
menyebar seperti virus influenza pada umumnya, yaitu melalui batuk dan
bersin orang yang terinfeksi. Penularan virus corona ini bisa terjadi lewat
sentuhan tangan, wajah, dan pegangan pintu atau bagian lain yang umum disentuh
oleh penderita. Menteri Kesehatan Menkes Terawan Agus Putranto meminta
masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari virus
ini. Pencegahan ini dianggap cara terbaik karena hingga kini belum ada obat dan
vaksin yang bisa mencegah virus ini.
Virus corona ialah virus yang menyerang sistem pernafasan, pneumonia
akut, sampai kematian. [1]Virus ini juga merupakan
jenis virus baru dari corona virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa
menyerang siapa saja, baik lansia, orang dewasa, anak-anak, bayi, ibu hamil
maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut dengan COVID-19 dan pertama kali
ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus corona ini
menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan beberapa
negara, termasuk Indonesia.
Menurut
Syahrul Kirom, M.Phil, tatkala tasawuf dikaitkan di tengah bencana seperti
Covid-19, cara pandang tasawuf biasanya berbeda. Menurut ilmu tasawuf bahwa
bencana berupa ketakutan (al-khauf), karena wabah virus Corona atau
bencana alam seperti, kelaparan, krisis ekonomi, ancaman keselamatan jiwa serta
krisis pangan, tak lebih dari sekedar ujian yang hanya perlu direspon manusia
dengan bersikap sabar, tidak panik, apalagi menciptakan masalah baru.
Itulah
protokol bencana [2]berdasarkan
ilmu tasawuf, tentu tanpa mengesampingkan ikhtiar. Ikhtiar itu sama pentingnya
dengan berdoa. Berdoa itu sama pentingnya dengan ikhtiar. Dengan adanya
Virus Corona yang membuat heboh sebagaian penghuni bumi ini, Allah mengingatkan
kita terhadap kematian yang merupakan fase historical necessity, keniscayaan
sejarah sebagaimana ziarah kubur juga diharapkan sebagai media pengingat
kematian.
Selain
itu, wabah pandemi Covid-19, dalam artian tasawuf sangat penting ditengah
pandemi ini, ada beberapa tafsiran mengenai arti penting tasawuf itu sendiri,
seperti dengan adanya pandemi ini kita diharuskan mensucikan diri secara
lahiriah seperti berwudhu atau membersihkan cuci tangan namun juga membersihkan
secara bathiniah dari penyakit bathin, mensucikan ini bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah sebagai pengatur batas waktu pandemi ini akan
berakhir, kita juga dituntut untuk senantiasa berprasangka baik kepada Allah
mengenai turunnya pandemi ini, artinya mungkin saja Allah ingin kita lebih
mengingatnya, lebih mendekatinya dengan cara menurunkan wabah yang menghentikan
sejenak kegiatan kita.
ISI
Tasawuf
dalam tradisi sufi dikenal istilah Uzlah (mengasingkan diri) dan Khalwat
(menyendiri). Tujuan beruzlah ini agar umat manusia selalu bertafakur kepada
Allah. Oleh karena itu, di tengah wabah pendemi Covid-19 ini, makna uzlah
dan khalwat dapat dimaknai menjauhkan diri dari tempat-tempat keramaian,
kerumunan yang dapat membahayakan nyawa sendiri, karena di tengah keramaian itu
terdapat sumber penyakit lahir maupun penyakit bathin. Khalwat yang
dilakukan dalam waktu yang panjang maka disebut uzlah.
Perilaku
inilah yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Tidak ada langkah
yang lebih baik dan lebih tepat dalam berjihad melawan terjangan pandemi
Covid-19 kecuali uzlah dan khalwat. Dalam konteks ini, bisa
ditegaskan bahwa uzlah dan khalwat adalah cara paling efektif
dalam memutus mata rantai penularan Covid-19. Uzlah dan khalwat
dalam konteks ini dimaknai isolasi social distance maupun jika
diperlukan lockdown. Inilah khalwat dan uzlah, doktrin
tasawuf yang mesti harus dipraktikkan dalam memutus mata rantai penyebaran
Covid-19. Dengan melakukan berkhalwat dan beruzlah dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah sesungguhnya kita sedang melakukan hal-hal yang
ilmiah yang diterima akal sehat. Kita bisa beribadah dan taqarrub kepada Allah
di bilik rumah.
Sementara
itu, dalam prespektif tasawuf akhlaqi, umat Islam harus tetap tenang dan patuh
terhadap ulama-ulama dan pemerintah di Indonesia, ini adalah suatu hal yang
harus kita patuhi, ini termasuk akhlaq yang mematuhi sama ulama. Dan yang
terakhir dalam prespektif tasawuf amalih adalah kita harus terus berdoa dan
Istiqomah terhadap ibadah kita sehingga virus yang sedang besar ini tidak masuk
terhadap tubuh kita, dan kita harus berdoa supaya wabah ini cepat diangkat dan
dihilangkan dari dunia ini.
Karena
itu, makna terapi melalui tasawuf ditengah wabah virus Corona-19 ini sangat
diperlukan bagi umat Islam di Indonesia, karena tasawuf mengajarkan kita untuk
mengolah jiwa serta menenangkan diri, tidak panik, tidak galau dengan cara
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Pada saat seperti sekarang ini ketenangan
jiwa sangat diperlukan, karena dengan jiwa yang tenang, lebih efektif untuk
meningkatkan daya tahan tubuh lahir maupun bathin untuk menangkal virus corona
agar tidak terpapar dan dijauhkan dari penyakit virus corona tersebut.
Sementara peran dari psikoterapi dimasa pandemi Covid-19 ini sangat penting sekali diperlukan oleh beberapa ahli kedokteran penanganan sementara pasien yang terkena Covid-19. Ada dua macam terapi yang dipakai oleh dokter untuk menangani dan menimalisir sementara pasien Covid-19 yaitu terapi umum dan terapi kasus parah dan kritis. Pada terapi umum ini ialah ada beberapa langkah yang harus dilakukan pasien yang terkena covid-19 untuk pengobatan terapinya ialah sebagai berikut
- Istirahatkan pasien di tempat tidur, tingkatkan terapi suportif, dan pastikan nutrisi yang adekuat. Jaga keseimbangan air dan elektrolit untuk memelihara stabilitas kondisi internal. Awasi dengan cermat tanda vital, saturasi oksigen, dan sebagainya.
- Evaluasi darah rutin, urin rutin, CRP, indikator biokimiawi (enzim hati, enzim miokardial, fungsi ginjal, dan sebagainya), fungsi koagulasi, analisa gas darah arteri, rontgen dada, dan sebagainya sesuai kondisi pasien. Jika memungkinkan, lakukan tes sitokin.
- Berikan terapi oksigen yang tepat dan efektif secara terukur, antara lain nasal kanul, masker oksigen, terapi nasal oksigen aliran tinggi.
Sedangkan pada
terapi kasus parah dan kritis ini prinsip Terapi yang harus dilakukan oleh
pasien covid-19, antara lain Terapi dilakukan secara simptomatik, aktif
mencegah komplikasi, juga terapi penyakit yang menyertai, mencegah infeksi
sekunder, dan memberi dukungan (support) fungsi organ secara tepat. Sementara
dalam kajian ini, tidak lupa untuk lampirkan hikmah virus corona dalam lensa
psikoterapi karena hal tersebut sangat penting sekali diketahui oleh
orang-orang. Salah satunya menurut yang dikemukakan oleh Dadang Ahmad Fajar,
M.Ag. salah satu dosen pengampu Mata
Kuliah Psikoterapi di Uin Sunan Gunung Djati Bandung mengatakan bahwasannya
salah satu hikmah virus corona dalam lensa psikoterapi adalah banyak manfaat
akibat adanya corona ini orang-orang bisa berTauhid kepada Tuhan, karena ilmu
pengetahuan sekarang merasa kesulitan tidak ada jalan lain kecuali dia
mempersiapkan diri dengan Tuhan, artinya rekayasa apapun sekarang sedang dalam
kondisi minim, dan kecemasan orang itu harus bertemu Tuhan.
KESIMPULAN
Virus
corona ialah virus yang menyerang sistem pernafasan, pneumonia akut,
sampai kematian. Virus ini juga merupakan jenis virus baru dari coronavirus
yang menular kemanusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik lansia, orang
dewasa, anak-anak, bayi, ibu hamil maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini
disebut dengan COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada
akhir Desember 2019. Virus corona ini menular dengan cepat dan telah menyebar
ke wilayah lain di Cina dan beberapa negara, termasuk Indonesia.
Tatkala
tasawuf dikaitkan di tengah bencana seperti Covid-19, cara pandang tasawuf
biasanya berbeda. Menurut ilmu tasawuf bahwa bencana berupa ketakutan (al-khauf),
karena wabah virus Corona atau bencana alam seperti, kelaparan, krisis ekonomi,
ancaman keselamatan jiwa serta krisis pangan, tak lebih dari sekadar ujian yang
hanya perlu direspon manusia dengan bersikap sabar, tidak panik, apalagi
menciptakan masalah baru.
Sementara
peran dari psikoterapi dimasa pandemi Covid-19 ini sangat penting sekali
diperlukan oleh beberapa ahli kedokteran penanganan sementara pasien yang
terkena Covid-19. Ada dua macam terapi yang dipakai oleh dokter untuk menangani
dan menimalisir sementara pasien Covid-19 yaitu terapi umum dan terapi kasus
parah dan kritis.
Komentar